Qosidah tembang-tembang religi seperti Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, Wasiat Sunan Drajat.
Qasidah dan Shalawat Jawa full Album (Almunsyidin, Ida Laila)
Qosidah tembang-tembang religi seperti Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, Wasiat Sunan Drajat.
Qasidah dan Shalawat Jawa full Album (Almunsyidin, Ida Laila)
MasKumambang merupakan salah satu tembang macapat karya K.G.P.A.A Mangkunagara IV. MasKumambang berasal dari kata Mas yang artinya sesuatu yang terhormat, dimaknai sebagai emas yang terapung (emas kumambang), Kumambang merupakan kata jadian dari akar kata kambang (terapung).
MasKumambang atau awal dimulainya kehidupan, awal mulai perjalanan hidup manusia yang masih berupa embrio di dalam kandungan ibunya, masih belum diketahui jati dirinya (laki-laki atau perempuan).
Kehamilan berlangsung selama 280 hari atau 10 bulan atau 40 minggu, terhitung dari hari pertama haid terakhir. Oleh para pemuka agama meyakini bahwa ruh di tiupkan pada janin saat berusia 120 hari terhitung sejak bertemunya sel sperma dengan ovum.
Secara keseluruhan, tembang macapat sejatinya bercerita tentang perjalanan hidup manusia yang menggambarkan bagaimana seorang manusia hidup sejak lahir mulai belajar dari kanak-kanak, dewasa dan pada akhirnya meninggal. Masing-masing arti dari tembang macapat melambangkan watak atau karakter tersendiri, mulai dari watak sedih atau duka, nasehat, percintaan, kasih sayang hingga kebahagiaan.
Berikut salah satu tembang MasKumambang yang ngemut piwulang luhur.
Wong tan manut pitutur wong tuwa ugi, ha nemu duraka, ing donya tumekeng akhir, tan wurung kasurang-surang.
Menggambarkan tentang akibat seseorang yang tidak patuh terhadap orang tua. Seorang anak yang durhaka tentu akan mendapatkan kesengsaraan, baik di dunia hingga akhir nanti.
Maratani mring anak putu ing wuri, den padha prayitna, ajana kang kumawani, ing bapa tanapi biyang.
Hingga kelak ke anak cucu, oleh karena itu perhatikan sungguh-sungguh, jangan engkau kurang ajar kepada ayah atau ibu.
[sumber foto : kesolo.com]
Filed under Budaya, Musik, Renungan, tembang jawa
Diawal tahun 2018, dunia musik kehilangan salah satu musisi terbaiknya yaitu Yon Koeswoyo [Koesyono] yang tergabung dalam band Koes Plus. Anak ke 6 dari Raden Koeswoyo, Yon Koeswoyo lahir di Tuban Jawa Timur, tanggal 27 September 1940. Meninggal hari Jumat 5 Januari 2018 dalam usia 77 tahun.
Koes Plus terbentuk tahun 1969, yang sebelumnya membentuk group musik bernama Koes Bersaudara [Album perdana 1962].
Album Koes Plus Vol. I yang dirilis tahun 1969 adalah Dheg Dheg Plas. (Awan Putih, Derita, Kelelawar, Tiba-Tiba Aku Menangis, Bergembira, Tjintamu Telah Berlalu, Dheg-Dheg Plas, Manis dan Sajang, Hilang Tak Berkesan, Kembali Ke Djakarta, Biar Berlalu dan Lusa Mungkin Kau Datang).
Selamat Jalan Koesyono, karyamu tetap menjadi kenangan yang abadi, dan semoga dapat menginspirasi generasi musisi sekarang.
Kidung Natal dari beberapa penyanyi lawas Koes Plus, Pattie Bersaudara, Endar Pradesa dan Vivi & Nita. Anda bisa menikmati kidungan seperti ini dalam versi keroncong, ataupun campursari dan bahkan dalam alunan gending gamelan jawa.
Selamat menikmati bagi yang merayakan …
Yudistira, atau Puntadewa atau Prabu Darmakusuma adalah sebagai Raja Amarta. Saudara kandung Bima dan Arjuna dan saudara tiri Nakula dan Sadewa. (Kelimanya disebut Pandawa Lima).
Prabu Yudistira adalah raja Amarta dan ksatria berdarah putih. Ia tak pernah marah, tak pernah berbohong, dan sangat mengutamakan hidup yang damai. Ia sangat dicintai oleh kawulanya karena sabar, murah hati, dan penuh empati. Sangat memahami dan mau mengerti keadaan kawula dan pejabat negaranya. Ia juga memiliki pandangan yang terbuka. Jika Prabu bertitah dan bertindak, itu bukan kepentingan sang Raja dan keluarganya, tetapi demi kepentingan sesama manusia yang ada di muka bumi. Keluarga Pandawa menginginkan buwana seisinya ada dalam damai sejahtera penuh suka cita.
Prabu Yudistira, walau dikatakan tidak pernah marah, suatu ketika marah juga yaitu ketika saudaranya dimasukkan ke neraka oleh Dewa. Ia marah dan menjelma menjadi raksasa bernama Dewa Amral.
Dalam sisi hidupnya ada hal yang sangat disesali Yuudistira, ketika ia harus berbohong kepada Guru Drona dalam perang Bharatayuda, atas nasihat Kresna. Itulah satu-satunya kebohongan yang pernah ia lakukan. Sejak itu derajat luhur bagai dewa diturunkan oleh dewata, dan seolah dicampakkan menjadi makhluk biasa Prabu Yudistira mempunyai pusaka kerajaan bernama Azimat Kalimasada, Payung Kyai Tunggulnaga, dan Tombak Kyai Karawelang. Continue reading
Apapun perbuatan kita kepada orang lain, sejatinya akan berbalik mengenai diri kita sendiri. Jika perbuatan kita baik pada orang lain, maka akan menimbulkan gema berupa kebaikan yang lebih besar yang akan kita dapatkan dari orang lainnya lagi.
Barang siapa suka menolong, akan selalu mendapatkan kemudahan.
Barang siapa gemar sedekah kepada yang susah, rejekinya akan menjadi lapang.
Barang siapa menabur angin, akan menuai badai.
Filed under Renungan
Puasa dan Idul Fitri merupakan ritual agama bagi kalangan umat Islam secara keseluruhan. Ritual ini sudah tidak bisa lagi dipahami sebagai fenomena agama formal, tetapi telah menjadi fenomena sosial budaya. Disatu sisi sebagai legal formalistik, dan disi lain kuatnya tarikan gaya hidup yang serba materi. Tarikan kutub formal membawa manusia pada pola sikap legal formalistik dimana ibadah puasa justru menjadi sikap konsumtif, sementara solidaritas sosial sebagai hakikat puasa justru terlupakan. Inilah yang perlu kita cermati [GusDur].
= PEPELING=
Jaman akhir akeh wong podo keblinger
Ora eling pranatan sarta aturan
Mburu donyo ngumbar nafsu golek seneng
Lali marang pepengete Gusti Allah
Apa gunane urip neng alam donya
Yen nglerwake dawuhe kang maha mulyo
Ayo dulur dawuh Gusti lakonono
Amrih bisa urip tentrem saklawase
Renungan tembang Ilir-Ilir karya Sunan Kalijaga yang penuh makna dan pitutur.
Mengajak semua memasuki dunia Lir ILir……(Lir iLir….Lir iLir….Tandure woh sumilir tak ijo royo-royo tak sengguh temanten anyar………..)
Kanjeng Sunan Ampel seakan-akan baru hari ini bertutur kepada kita, tentang kita, tentang segala sesuatu yang kita mengalaminya sendiri namun tidak kunjung sanggup kita mengerti. Sejak lima abad silam syair itu telah Ia lantunkan dan tak ada jaminan bahwa sekarang kita sudah paham, padahal kata-kata beliau mengeja kehidupan kita ini sendiri, alfa….beta..alif…ba….’ ta’….kebingungan sejarah kita dari hari-kehari, sejarah tentang sebuah negri yang puncak kerusakannya terletak pada ketidak sanggupan para penghuninya untuk mengakui betapa kerusakan itu sudah sedemikian tidak terperi “menggeliatlah dari matimu!!! tutur sang Sunan…” Siumanlah dari pingsan berpuluh-puluh tahun, bangkitlah dari nyenyak tidurmu sungguh negri ini adalah penggalan Surga!! Surga seakan-akan pernah bocor mencipratkan kekayaan dan keindahannya, dan cipratan keindahan itu bernama Indonesia Raya. Kau bisa tanam benih kesejahteraanapa saja diatas kesuburan tanahnya yang tidak terkirakan ditengah hijau bumi kepulauan yang bergandeng-gandeng mesra. Continue reading
Filed under Budaya, Renungan, tembang jawa
Sholawat syi’ir karya Gus Nizam (K.H. Mohammad Nizam As Shofa) ini terinspirasi oleh keprihatinan atas perilaku umat, begitu mudahnya orang mengumbar kekerasan dan begitupula gampangnya mengkafirkan orang, namun tidak memperhatikan kekafiran dirinya sendiri.
Dalam baitnya disebutkan betapa banyak orang yang hafal Al-Qur’an dan Hadis namun justru senang mengkafirkan orang lain, sementara kekafiran dirinya sendiri tak pernah diperhatikan. Begitulah sifat mereka yang masih kotor hati dan akalnya.
Betapa banyak golongan yang merasa dirinya paling paham makna Al-Qur’an dan Hadis lalu mengklaim diri sebagai golongan yang paling benar, dan pada saat yang sama merasa berhak mengkafirkan golongan lain?
akeh kang apal Qur’an haditse
seneng ngafirke marang liyane
kafire dewe gag di gatekake
yen isih kotor ati akale
yen isih kotor ati akale
Simak lirik lengkapnya :
Sunan Drajat atau Raden Qosim adalah seorang wali yang berjiwa dermawan dan sosial, terkenal dengan kearifan dan keluhuran budi. Beliau dalam mengajarkan Islam dilakukan dengan penuh kasih sayang, tanpa disertai dengan paksaan dan kekerasan. Dalam melakukan dakwah melalui lantunan tembang dengan diiringi musik gamelan.
Tujuh Wasiat (pepali pitu) sebagai penuntun hidup manusia yaitu :
1. Memangun resep tyasing sasomo (Kita harus selalu mmebuat senang orang lain)
2. Jroning suka kudu eling lan waspada (Dalam suasana suka, harus ingat dan waspada)
3. Laksmitaning subroto tan nyipta marang pringgabayaning lampah (Dalam perjalanan mencapai cita-cita luhur, kita tidak peduli dengan segala rintangan dan hambatan)
4. Meper hardaning pancadriya (Harus selalu menekan gelora hawa nafsu)
5. Heneng-hening-henung (Dalam suasana dan keadaan diam, kita akan memperoleh keheningan dan dlam hening itulah kita akan mencapai cita-cita luhur)
6. Mulya guna panca waktu (Suatu kebahagiaan lahir dan batin akan kita capai dengan sholat lima waktu)
7. Menehono teken marang wong kan wuta (Berilah petunjuk kepada orang bodoh. Maksudnya adalah kalangan ulama atau orang yang berpengetahuan semestinya memberikan bimbingan dakwah dan petuah kepada siapapun yang belum bisa atau belum tahu agar bisa dijadikan pedoman hidup)
Menehono mangan marang wong kang luwe (Sejahterakanlah kehidupan rakyat yang miskin).
Menehono busono marang wong kang wudo (ajarkanlah budi pekerti, etika kepada orang yang tidak tahu malu)
Menehono ngiyub marang wong kang kudanan (Berilah perlindungan kepada orang yang menderita)