Grebeg Syawal 1434 H di Solo

grebegsolo

Grebeg atau gerebeg berasal dari kata Ginarebeg yang mengandung makna diiringkan oleh ratusan orang, sehingga suaranya menjadi gemuruh.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, Keraton Surkarta Hadiningrat setiap bulan Syawal tepatnya tanggal 2 Syawal, diadakan tradisi tahunan Grebeg Syawal di halaman Keraton berdekatan dengan Masjid Agung Surakarta.
Bertepatan hari Jumat 9 Agustus 2013 atau 2 Syawal 1434 H pukul 10 pagi, keluarlah para prajurit keraton dengan berbagai seragam. Tak lupa iringan korp musik (carabalen) yang mengiringi arak-arakan prajurit. Dengan aba-aba seperti siyaga, sigeg, tandyo, lumaksono mangarso, karti sampeka (hormat), lerem sahono, dan bubar angga (bubar jalan). Iringan musik dengan tambur, seruling dan terompet yang iramanya memakai irama “Baris terik tempe, trik dong dek gosong”   [ silahkan lihat kesini ]
Berbarengan dengan prosesi itu, iring-iringan dengan ditandai munculnya 2 buah gunungan yaitu gunungan jaler (pria) dan gunungan istri (perempuan) dibawa menuju ke Masjid Agung Surakarta.
Yang berbentuk lancip (gunungan jaler) berisi berbagai masam sayuran dan buah-buahan, sementara gunungan istri berbentuk agak bulan berisi rengginan serta sejumlah kue-kue manis.
Selesai didoakan, tak lama kemudian dengan penuh semangat dan antusias ratusan warga menyerbu gunungan istri yang berisi rengginan, dengan harapan mendapat berkah. Gunungan jaler diarak kembali oleh abdi dalem menuju halaman keraton. Ratusan warga merebut untuk mendapatkan sayuran-sayuran hasil bumi tersebut (melambangkan suatu negara yang agraris dan makmur)


Kuncara ruming bangsa dumining haneng luhuring budaya |Pakubuwono X|
(Kebesaran suatu bangsa terletak pada keluhuran budayanya)

Leave a Comment

Filed under Budaya, Renungan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.