Hati Nurani = Suara Kebenaran

Hati Nurani berarti hati yang diterangi (nur = cahaya).  Hati nurani adalah suara Tuhan atau suara kebenaran yang dititipkan kepada setiap manusia. Suara hati nurani tidak pernah salah, berbohong, dan dusta.
Tuhan berbicara kepada manusia melalui berbagai sarana, diantaranya melalui hati atau batin. Suara itu tidak musti harus kita dengar secara audible (terdengar di telinga).
Dengan mendengarkan dan mengikuti petunjuk suara hati, manusia akan bisa lebih mendekat kepadaNYA, karena manusia selalu mendapat tuntunanNYA serta mendapatkan kasampurnaning urip (kesempurnaan hidup).

Disaat kita dihadapkan pada suatu tindakan masalah, misalkan melihat cincin emas milik si Asih tetangga rumah yang jatuh di depan rumahnya, pasti di hati kita terjadi sebuah tarik menarik untuk melakukan tindakan/perbuatan itu. Tatkala kita bisa bertindak sesuai dengan hati nurani, maka yang terjadi pasti kita mengurungkan niat untuk mengambilnya. Akan tetapi bilamana kita tetap melakukan perbuatan/tindakan untuk mengambilnya, maka kita berbuat bertentangan dengan hati nurani. Perbuatan yang demikian itu sudah dilandasi dengan NAPSU ingin memiliki.  Pada saat yang demikian itu sebenarnya hati nurani kita menjerit, menangis, dan bersedih.
Pada dasarnya hati nurani itu tak pernah mati, yang mati itu adalah kita. Kita yang mematikannya, oleh sebab itu hati nurani akan menangis disaat kita mematikannya.

KGPAA Mangkunegara IV dalam serat Wedhatama tersirat menyampaikan piwulangnya seperti berikut :
Aywa sembrana ing kalbu, wawasen wuwusireki   (Jangan mengabaikan suara hati, berusahalah selalu mawas diri)
Ing kono yekti karasa (Kelak akan merasa adanya suara)
Dudu ucape pribadi (Yang terucap bukan dari diri pribadi)
Mama den sambudeng sedya (Oleh karena itu, turutilah niat tsb)
Wewesen praptaning uwis (Hingga sampai akhir tujuannya)

Marma den taberi kulup (Oleh karena itu, tekunlah nak)
Angulah lantiping ati (Dalam mengolah ketajaman hati)
Rina wengi den anedya (Dengan memohon siang malam)
Pundak-punduking pambudi (Untuk menemukan kebenaran, berbuat baik dan menyingkirkan hawa napsu)
Supadya dadya utami (Agar menjadi orang yang berbudi luhur)

Marilah kita bertindak sesuai dengan hati nurani niscaya kehidupan ini akan damai dan tentram. Semoga kita semua menjadi manusia yang mempunyai hati baik, bersih, jujur, legowo dan ikhlas dalam semua aspek kehidupan.

Leave a Comment

Filed under Budaya, Renungan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.