IbuKU IBU PERTIWI

 Ibu Pertiwi, paring boga lan sandhang kang murakabi
 Peparing rejeki manungsa kang bekti
 Bu Pertiwi, Bu Pertiwi, sih sutresna ing sesami
 Bu Pertiwi, kang adil luhur ing budi
 Ayo sungkem mring Ibu Pertiwi

Itulah cakepan gendhing ketawang Ibu Pertiwi yang penuh makna, pesan moral untuk kita semua.
Cakepan adalah bentuk sastra yang digunakan dalam sindhenan berupa teks kata-kata yang dilantunkan oleh sindhen atau swarawati pada suatu pentas karawitan.
Isi cakepan biasanya bertemakan tentang kehidupan manusia, aturan hukum alam, bersifat nasehat, pendidikan pekerti, petunjuk hidup, dan lain sebagainya.


IBU PERTIWI, atau bahasa lain adalah Ibu, Perempuan. Sebutan yang menunjukkan sikap sangat bijak, santun, ngemong dengan penuh kasih dan sayangnya. Dengan begitu wajarlah sebagai manusia seharusnya menghormati sosok ibu yang memiliki karakter mencintai, memberi dan melayani. Apapun dan siapapun agamanya, pasti memiliki keyakinan dan tradisi menghormati ibu. Siapa yang mendapatkan kutukan dari ibu, hilanglah kehidupan surgawinya, baik di dunia maupun diakhirat. Oleh karena itu, pandai-pandailah menghargai dan merawat Ibu Pertiwi, agar terhindar dari kemarahan dari bumi. Lupakah, bahwa kekayaan apa pun yang dibanggakan oleh manusia semua diambil dari bumi. Minyak bumi, emas sampai berlian itu bahkan semua karena kasih sayang bumi pada manusia.
Siapa yang durhaka, tidak mau merawat, nguri-uri dengan baik akan dicap sebagai malin kundang, karena hati dan pikirannya sudah membatu, tidak lagi memiliki hati nurani. Kekayaan melimpah ruah yang disediakan oleh bumi pertiwi berubah menjadi malapetaka.
Perilaku alam itu selalu taat berislam pada Tuhannya. Dia berserah diri mengikuti hukum-hukumnya yang telah diciptakan Tuhan. Air pasti mengalir ke tempat yang lebih rendah, begitulah perilaku air mengikuti hukum alam. Air hujan diturunkan untuk menyuburkan tanah, matahari berputar pada porosnya. Jadi, semesta ini, menurut Alquran, berislam sesuai fitrahnya tanpa pernah membangkang. Yang memiliki potensi dan sering membangkang terhadap hukum Tuhan adalah manusia. Mereka lupa diri bahwa melawan bumi pertiwi tak mungkin menang. Manusia tak mungkin memenangkan dan mengubah hukum Tuhan yang telah menjelma menjadi hukum alam. Mestinya, yang harus dilakukan oleh manusia adalah memahami hukum alam, lalu bersahabat, merawat dan mencintai alam.
Betapa sombong, bodoh, dan rakusnya ketika masyarakat semakin merasa modern, semakin melek pendidikannya, namun semakin tidak mau dan mampu memahami dan bersahabat dengan alam yang amat sangat baik.
Hutan kian rusak, danau sebagai waduk air kian menyempit untuk membangun rumah megah yang hanya menimbulkan kecemburuan sosial dan penyebab banjir. Setiap tahun kita berkeluh kesah, bertengkar, dan menderita akibat banjir, lalu lintas macet, politisi sibuk saling bertengkar. Semua itu tak lebih sebagai tontonan akibat kebodohan, kesombongan, dan kerakusan kita.

2 Comments

Filed under Budaya, gendhing jawa, Renungan

2 Responses to IbuKU IBU PERTIWI

  1. Dwiono Hermantoro

    Siapakah Ibu Pertiwi ? Pertiwi adalah istri dari Batara Kresna yang mempunyai anak Bomanarakasura. Pertiwi adalah Dewi bumi, itulah makanya pada waktu Bomanarakasura mati berperang melawan Gatutkaca selalu hibup kembali, karena ditolong oleh Ibu Pertiwi . Maka atas pesan Batara Kresna agar nanti kalau mati harusa ditanam di mega sehingga mayatnya tidak berada dibumi. ( Ikuti wayang rebutan Kikis Tunggarana)

    • Cerita Kikis Tunggarana merupakan cerita idiologi politik.
      Konon si raja Trajutrisna Bomanarakasura mengklaim bahwa Tunggarana adalah negeri bawahannya, begitu juga Gatutkaca raja Pringgadani menyatakan bahwa Tunggarana adalah negeri bawahannya.
      Ngotot sama ngotot akhirnya terjadilah perang tanding antara Boma dengan Gatutkaca, yang pada akhirnya dimenangkan oleh Gatutkaca.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.