Lamis mengandung arti orang yang suka mengobral janji akan tetapi tidak pernah ditepati.
Memang lidah tak bertulang, tak berbekas kata-kata. Tinggi gunung seribu janji, lain di bibir lain di hati. Itulah sepenggal bait yang dinyanyikan Bob Tutupoli yang dalam istilah Jawa dikatakan LAMIS.
ojo sok gampang janji wong manis (jangan mudah mengucap janji manis)
yen ta amung lamis (kalau hanya berdusta)
becik aluwung prasaja nimas ora agawe cuwa (lebih baik jujur apa adanya biar tak mengecewakan)
tansah ngugemi tresnamu wingi
jebul amung lamis
kaya ngenteni tukule jamur ing mangsa ketiga
aku iki prasasat lara tan anthuk jampi
mbok ojo amung lamis
kang uwis dadine banjur dhidhis
akeh tuladha kang dhemen cidra uripe rekasa
milih sawiji endi kang suci
tanggung bisa mukti
Ungkapan pada bait diatas mengajak kita untuk tidak gampang memberi janji yang manis kepada orang lain, lebih baik kita jujur apa adanya agar tidak mengecewakan orang lain. [Dendangkan dengan iringan musik kasebut]
Tak unduh mas nuwun
aku yo nderek mas Soma ..
Keyboard terbaru buatan 2014 keatas juga sudah bisa memainkan Gamelan Jawa dan itu juga tergantung pada Playernya tetapi player di Jawa Tengah rata2 piawai memainkan Gending Jawa lengkap. Yang saya salut sekali melihat di Youtube seorang remaja memainkan Kendhang pada Keyboard Yamaha PSR S950 dan bunyinya persis kayak memainkan kendhang beneran. Zaman sekarang apa yang nggak bisa dipalsu ? Menurut pendengaran saya Ojo Lamis ini juga hasil dari permainan Keyboard, paling tidak pakai Korg Pa3X full sampling.
Dengan kemajuan teknologi, kiranya benar apa kata P. Sudja’i.
Gendingan itu sumbangsih dari salah satu rekan termasuk lelagon Nyidam Sari, Lorobronto, Resepsi dan masih ada yang lainnya.
Gending Soran sudah bisa diunduh dengan OS Win.7 atau Win.8, silahkan Pak kalau menyukainya.
sugeng enjing Mas Wandi, π
Nyuwun pangapunten, saya penasaran dengan kata “dhidhis” pada lirik “Ojo Lamis” sebagaimana ditulis di atas. Sepengetahuan saya kata βdhidhisβ dalam bahasa jawa berarti mencari kutu di kepala diri sendiri. Kalau yg mencari kutu tersebut adalah orang lain di kepala seseorang yang lainnya, maka disebut βpetanβ. [saya masih keduman menangi tradisi “dhidhis” dan “petan” di kampung saya dulu, dan sekarang ini mungkin sdh tidak ada π ]
Lha kalau artinya itu trus hubungannya dengan “ojo Lamis” apa ya? π π
Setelah saya cermati “bola-bali” mendengarkan langgam “Ojo Lamis” yg dibawakan oleh mBakyu Waldjinah, eh.. kayanya lebih pas “kikis” yg artinya “hilang” atau bisa jga “menghilangkan”. π
Hahahaha… begitu jeli Mas Wijono ini mencermati lirik satu demi satu. Dan, dan, dan, ternyata benar juga apa kata Mas Wi [setelah saya pikir-pikir].
“Dhidhis” mempunyai arti mencari kutu di kepala (=”Petan”).
Saya mempunyai penafsiran sendiri bahwa ”dhidhis” dapat diartikan menggaruk-garuk kepala [mangga artikan sendiri].
Lirik Ojo Lamis itu saya ambil dari sumber buku Kempalan Langgam Karawitan Jawi kahimpun Sri Widodo terbitan/cetakan CV. Cendrawasih Sukoharjo – Surakarta.
Matur sembah nuwun Mas Wijono koreksinipun.