Sontoloyo = nglokro atau dapat diartikan kurang bergairah atau juga kurang bersemangat. Itulah perilaku/sifat tindakan manusia yang dinilai kurang baik. Oleh karena itu marilah kehidupan ini hilangkan perilaku/sifat dan tindakan, penuhi kehidupan ini dengan penuh semangat, optimis, percaya diri, kendatipun sudah berusia senja 🙂
Dalam tembang atau lelagon jawa ini, mengajak kita untuk tidak sontoloyo, tidak nglokro.
“ojo nglokro koyo sontoloyo, yen ngono yen ngono kowe kebajut ngono. Jo sontoloyo jo sontoloyo, tumandang makaryo pamrihi ojo rekoso….”
Siapa bilang yang tua-tua ini Sontoloyo !!!
sebenarnya kata “sontoloyo” (yang berasal dari bahasa jawa) berarti orang yang kerjanya mengembala (angon) bebek. 😉
dalam salah satu lagunya mbakyu waldjinah (judulnya saya lupa) ada syair: ” … sontoloyo, angon bebek ilang loro…” 🙂
sejak kapan kata sontoloyo punya konotasi nglokro tidak ada yg tahu secara persis, mungkin karena “menyandang” suku kata loyo sehingga akhirnya punya pengertian lain dari arti semula pengembala bebek. 🙂
ada juga kata bahasa bahasa jawa yang artin semula adalah nama profesi kusir gerobag/ pedati, malah menjadi berkonotasi orang jahat, beringas, dan sifat-2 jelek lainnya. 🙁
Awalnya lelagon jawa ini saya kira “Sontoloyo”nya Waljinah. Sebuah langgam jawa yang salah satu syairnya berbunyi : Sontoloyo, angon bebek ilang loro seperti dinyatakan pak Wi tersebut di atas. Jebul-e kleru.
Kata “sontoloyo”, seperti halnya “semprul”, setahu saya adalah sebuah umpatan apabila kita kesal atas perilaku seseorang. Mohon maaf kalau salah. Selain itu, kok saya jadi ingat dengan “mas Jarot Sontoloyo”, menantunya bu Broto di Losmen Srikandi beberapa tahun silam he he he
iya ibu Nani benar, kata “semprul” jadi salah satu kata untuk “mengekspresikan” kekecewaan, hanya saja masih dalam kadar ringan dan bahkan yang menyampaikan masih bisa sambil ketawa-ketawa 🙂
waktu jadoel, simbok jualan di pasar (saya memanggil ibu saya dg sebutan simbok, dan sekarang menurun ke anak-2 saya yg manggil ibunya juga dengan simbok 😀 ) salah satu dagangannya adalah “tembakau semprul” (jenis tembakau kelas rendah untuk “susur” setelah nginang/ makan sirih)
Saya berpikir idem alias sama dengan pendapat Mas Wijono dan Bu Nani. Saya sering mendengar kata “sontoloyo” sbg ekspresi kekecewaan = semprul.
Rupanya perlu ditanyakan kepada si pemain lelagon itu yaitu Surono yang lebih kondang disebut si Gatotkoco atau Petruk pemain W.O. Sri Wedari Solo. Masih ingat dengan lakon Pregiwo Pregiwati yang dimainkan oleh Surono dan Darsi. Benar nggak Mas Wi dan Bu Nani.
Surono yang mempunyai suara gandhem dan kong itu hihihihihi….
Lelagon ini saya cut dari guyonan Rujak Jeruk dengan pelau Petruk (Surono), Gareng (Suroto), Putri (Suratmi) dan Bagong (Suroto. S)
Lha lha lha pak Wandi ajak2 bernostalgia ke Sri Wedari nih. Saya jadi teringat dengan trio W O S W. Rusman ( si Gatutkoco ), Darsi
( si Pergiwa ) dan Surono ( si Petruk ) yang kondang kaloka di masa itu. Beliau bertiga merupakan tokoh seniman yang tak tertandingi. Apalagi alm Rusman, bila sudah “gandrung”, Darsi dengan kekenesannya dan Surono dengan celetukan2 yang membuat gerrr, wuiiiih banyak penonton yang tergila-gila.
WOSW yang sempat mati suri, sekarang mulai menggeliat lagi. Alhamdulilah, masih ada yang peduli untuk melestarikan kesenian tradisional kita.
Mbalung pakel la la la la…… Monggo dilanjut pak Wandi
nyusul ibu Nani, aaah…. saya juga mau ikutan nostalgia di “bonrojo” sriwedari, khsususnya wo sriwedari.
rupanya para pemain memang di-dapuknya (casting) sangat pas, sehingga dapukan itu terus melekat, memuat orang kesengsem dan bahkan melegenda 🙂
saya coba ingat-2 dapukan tsb: gatotkaca-rusman, pergiwa-darsi, petruk-surono (kadang juga memainkan burisrawa, rahwana, dan tokoh raksasa lain yg bersuasa berat), adipati karna-asmarahadi, arjuna-listyorini (punya rnh makan di gembongan dg nama rm madukara), srikandi-setyorini, kresna-sutarto… dapukan yang lain masih banyak tapi sayangnya sudah pada lupa, maklum jadoel berat 😉 🙂
tikatkan ojo nglokro sapai suuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuurrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrggggggggggggggggggoooooooooooooo
gooooooooooot loooooooooooookkk
Seingat saya dapuk-an Arjuna-Suratmi, Kresna-Subroto ( kebetulan tetangga saya wetan ngomah. Hehehe yang kemudian juga memperistri Nani-pemeran putri2/bambangan ). Di rumah pak Broto ini dipasang lukisan beliau dengan pakaian Kresna. Saya sering main kesitu, krn putri pak Broto dari istri tua adalah teman main sekaligus teman belajar menari long time ago he he he. Dengan bu Nani pak Broto tidak punya anak.
Listrorini yang punya ayam goreng Madukara di Gembongan, seingat saya adalah Arjunanya RRI Solo.
Walah-walah ini malah bernostalgia neng Bonrojo. Inget pemain WO Sriwedari rikolo semono.
Kalau saya yang terkesan suara khas dari Listyorini (Ajuna/Djanoko) yang kalem, terus Sutarto (Kresna) kalau ketawa bener2 khas. Tentunya tidak lupa pula dengan Surono, Darsi, Rusman (mbalung pakel dhuh bok gunung dst) ini kalau merayu Pregiwati, betul nggak Bu Nani
Apakah WO Sriwedari sekarang ini masih eksis ya?
Lho merayu Pergiwa to pak. WOSW sekarang masih eksis. Beberapa bulan lalu saya menyempatkan nonton. Khusus datang ke Solo berangkat pesawat terpagi, jalan2 keliling Solo nyambangi teman dan bekas tempat tinggal di Gremet. Malamnya nonton WO dengan tiket cuma Rp 3.000,-. Itupun yang nonton tidak sampai 100 orang; padahal malam minggu lho. Duh sedihnya. Pulang nonton, lesehan makan nasi liwet Wongso Lemu di Purwosari. He he he ngrasakke diemong anak
Walah nasi liwet lesehan, kok terus kepengin mulih solo maneh.
Waktu pulang ke Solo ngoprek ke toko kaset/cd/vcd mencari yang judulnya Pregiwo Pregiwati kok ngak ketemu. Maunya sih ingin mendengar suara dari Rusman dan Darsi dkk lagi.
Salam dari mas Soekiwi, katanya ngajak ngobrol2 … kapan ya
Kalau ingin dengar Rusman, Darsi & Surono lagi, saya punya Endang Werdiningsih dan Parto Kromo pak. Itupun saya dapatkan 5 thn lalu di Jogja. Pergiwa-Pergiwati gak lengkap/cuma ada 1 kaset. Jadi nggak jadi saya ambil. Waktu ke Solo beberapa bulan lalu, saya tdk sempat ngoprek-oprek toko kaset ( gak tahu tempatnya ). Insya Allah kalau sdh lodhang, saya sowan .
——————————————
nanti saya akan datang kerumah Bu Nani, sekalian ketemu mas Soekiwi, mungkin minggu depan kali ya
Kata sontoloyo juga diulas di Bumisaloka http://bumisaloka.wordpress.com/2014/01/19/arti-kata-sontoloyo-dan-bajingan/. Diulas secara tuntas. Sumangga, menawi badhe mriksani.