Beradu dalam Memori ke-53 (minggu I tahun ke-2) kali ini bermemori ria tentang tokoh handal pencipta lagu keroncong.
1. Pencipta lagu-lagu keroncong ini tinggal di Solo, kelahiran Maret 1936. Sebagai tokoh keroncong yang mempopulerkan tembang-tembang langgam jawa. Ia sebagai pembuka pintu kreativitas lahirnya langgam dari etnik lain di Nusantara, karena mampu menggabungkan titilaras slendro dan pelog dengan musik diatonik dalam keroncong.
Diperkirakan 1.000 an lebih lagu ciptaannya, dan diakui tercatat dalam Museum Rekor Dunia-Indonesia. Diantara tembang langgam ciptaan yang terkenal adalah Jangkrik Genggong, Nyidam Sari
Lagu ciptaan terakhir adalah “Sampai Jumpa” (sebelum dipanggil Sang Khalik, 13 Nopember 2008)
Pertanyaan : Siapakah nama tokoh itu?
2. Tokoh pencipta lagu dan Sang Maestro Musik Legendaris ini telah diakui sebagai Pahlawan Nasional (1914 – 1958). Diantara lagu-lagu ciptaannya adalah Kr. Serenata (1935), Roselani (1936). Lagu sunda Panon Hideung adalah saduran lagu dari Rusia ciptaan R. Karsov. Mulai mencipta lagu di tahun 1931, yang dinyanyikan juga oleh Waldjinah.
Pertanyaan :
1. Siapa Sang Maestro Musik Legendaris tersebut?
2. Apa nama lagu ciptaan pertamanya tahun 1931?
Jawaban BdM ke-52 adlah : (1) Balada Pelaut, dan (2) Sulawesi Utara. Keduanya dijawab benar oleh Mas Wijono, Mas SimonBSD, Bu Nani dan Mas BambangBdg.
No.1. Andjar Any
2. “O Sarinah”
ternyata ada yg tercecer… 😉 😀
“O Sarinah” – Ismail Marzuki
Selamat pagi Pak Wi, selamat pagi pak Simon, selamat pagi semuanyaaaa.
1. Anjar Any
2. Pass
Selamat pagi, sugeng enjang semuanya.
selamat siang Ibu Nani, 🙂
ingat Andjar Any [Andjar Mudjiono], jadi ingat langgam ciptaannya yang sangat romantis “Yen Ing Tawang Ana Lintang” 😀
Pancen mak nyus tenan kok langgam Yen Ing Tawang Ana Lintang.
Si pangripto mengambil nama tawang itu dari nama daerah di Magetan, kalau tidak salah. Leres mboten Mas Wijono
Yen Ing Tawang memang langgam abadi, mak nyuuus. Dibuat dalam versi apapun tetap mranani ati. Tapi yang paling nyuus ya kalau dibawakan Waljinah (pendapat saya lho ).
Hehehe saya malah baru ngerti kalau Tawang yang dimaksud dalam lagu tsb adalah nama daerah. Saya kira angkasa ( tawang=awang2=angkasa )
Benar kok Bu, tawang = awang2 = angkasa
Andjar Mudjiono berpasangan dengan Niek Piyanti dengan 5 anak (3 laki2 dan 2 perempuan)
Ketiga anak lelakinya diberi nama belakang Adhi, sementara yang perempuan dengan nama belakang Sari.
Ini saya tahu dari teman di SMA I Solo, karena anak ketiga yang bernama Dewanto Bayu Adhi alumni SMA I (angkatan 80-an)
Cita-cita Andjar Mudjiono (KRT Andjar Any Singanagara) ingin sekali mendirikan Museum Keroncong. Hingga wafatnya cita-cita ini belum kesampaian. Mudah-mudahan ada generasi berikutnya yang bisa memenuhi keinginan itu.
Benar pak, semoga ada generasi muda atau yang berwenang merealisasikan keinginan alm Anjar Any tsb. Seingat saya alm Gesang Martohartono juga menginginkan agar KERONCONG
( sebagai musik asli Indonesia ) tetap abadi.
Menurut pengamatan saya, saat ini banyak radio swasta (terutama yang a m ) yang menyiarkan musik keroncong. Ini sangat menggembirakan, mengingat beberapa waktu lalu, sebelum ada ontran2 dengan tetangga kita (pengakuan tentang musik keroncong sebagai musik asli mereka ), radio yang menyiarkan musik keroncong hanya beberapa.
Semoga TVRI yang saat ini masih menayangkannya, tidak berhenti sampai di sini saja.
inggih Mas Wandi leres, di Magetan yang saya tahu ada beberapa tempat bernama “Tawang”, [Tawang, Tawangmangu, Tawanganom].
Kalau di tetangga Kecamatan sebelah timur Kampung saya jadoel, adalah Kecamatan Tawangsari [Sukoharjo Makmur]. Waktu SR/SD-SMP dulu saya dan “gang” 😀 sering “picnic” ke gunung Taruwongso Desa Watubonang Kec. Tawangsari. Waah… kalau pasca lebaran suasananya rame sekali 🙂
Walah cerita Tawangsari, kula rikala taksih nayarono asring blusukan daerah niku.
Pak Kapolri kan aslinipun saking sekitar daerah TwSr, anak petani ndeso yang banyak prihatinnya.
inggih Mas Wandi, beliau berasal dari Kecamatan Weru, tepatnya di Dukuh Dayu, Desa Tawang [tdk pakai “sari”], Kecamatan Weru [tetangga Kecamatan Tawangsari].
Beliau waktu SMP satu sekolah dengan saya [beda satu tahun duluan saya], setelah lulus saya melanjutkan ke SMA di Yogyakarta sedangkan beliau melanjutkan ke STM di Sukoharjo. Sampai sekarang saya belum pernah bertemu lagi dengan beliau, saya tdk tahu apa beliau masih ingat teman-2 di SMP dulu apa tdk..? 😉
Lulus dari STM ternyata beliau belum langsung masuk AKPOL, tetapi bekerja “serabutan” dulu di Jakarta. Baru setelah lulus dari AKPOL kerier beliau melejit, sampai pada jabatan KAPOLRI.
Dari mulai di SMP beliau ini memang orang yang rajin, ulet sekaligus tangguh. Rasanya anak-2 sekarang tdk akan mau kalau tiap hari harus mengayuh sepeda berpuluh kilometer pergi pulang ke Sekolah, belum lagi sampai di rumah pasti banyak yang harus dikerjakan membantu orang tua. Salute, Pak Tarman 🙂
Wah ternyata beliau Pak Sutarman itu satu alumni SMP di Cawas yang sama-sama dengan Mas Wijono ya. Kalau begitu kapan ada reuni harus disempatkan datang untuk bertemu beliau.
Cerita mengenai beliau yang saya peroleh dari seseorang yang bisa dipercaya. Semasa kecilnya sudah diajak prihatin oleh orang tuanya. Dengan kehidupan sebagai seorang petani Paidi (org tua) selalu mengajarkan untuk kerja keras dan pantang mundur. Angon kebo (pengembala kerbau) itulah keseharaiannya beliau dalam membantu orang tuanya. Sampai-sampai beliau harus berjualan keset (alas kaki) demi untuk membiayai sekolahnya.
Yah itulah kehendak Tuhan. Sehabis lulus STM di Sukoharjo (sekarang SMK Bina Patria I) mencoba melamar Catam AL gagal, AKABRI kandas dan terakhir mencoba lagi AKABRI Umum dan lolos.
Beliau yang sederhana dan dermawan ini sangat suka sekali dengan Klenengan dan tidak lupa pula dengan sepeda onthelnya. Setiap pulang ke Tawang pasti tidak lupa bersepeda keliling kampung untuk menyapa warga.
Dan mengajak warga untuk bermain gamelan yang sudah tersedia di Padepokannya (LangenMulyo).
Itulah sosok sang Jenderal yang sangat sederhana, dermawan dan yang suka akan Wayang.
Selamat, semoga selalu mendapat bimbinganNYA dalam mengemban tugas yang berat ini.
Wah, jan rodo angel iki……jaman cilikanku ra duwe radio sih !
Tapi tak coba nebak no. 1 ya…..
No.1 MANTHOU’S.
No.2 Melok poro konco aja, wong pancen saya bener-bener ndak ngerti….hehehe
Salam Sukoasih jagem sedayanipun !
Nek Manthous opo laire 1936, simak sik pitakonane
Wah, salah yo !