Category Archives: gendhing jawa

Paguyuban Karawitan Justisi Laras

Karawitan Justisi Laras deari Pengadilan Negeri Madiun dengan pimpinan Soekarno, SH bersama swarawati pesinden Tukinem dan Tugini.
1. Gdh. Budheng-Budheng, Dhandhanggula Turulale, Ldr. Sarayuda Pelog 6
2. Bawa Sekar Ageng Maduretna dhawah Gdh. Lobong, Kinanthi Jurudemung, Sinom Puspanjala, Ldr. Lobong, Ktw. Sekarteja Slendro Manyura
3. Bawa Sekar Ageng Langenkusuma dhawah Gdh. Kembang Gayam, Kembang Kates Pelog 6
4. Bawa Puspamadya dhawah Gdh. Lebda Jiwa, Ktw. Mijil Sulastri Pelog Barang

Leave a Comment

Filed under gendhing jawa, Musik

Nyi. Bei Mardusari pesinden Agung.

Capture.JPGNyi. Mardusari disebut juga Nyi. Tumenggung Mardusari, Nyi Ageng Mardusari adalah seniman jawa yang serba bisa. Piawai dalam sinden, tari, batik dan tata rias pengantin.
Sebagai pesinden agung keraton Mangkunegaran, Mardusari pada masa kecilnya mempunyai nama Jaikem kelahiran Ngadirojo Wonogiri anak dari pasangan Mariyem dan Singodimejo.
Dengan paras yang ayu rupawan dan mempunyai suara nan merdu, oleh Mangkunegara VII dijadikan sebagai selirnya.

Berikut suara merdu dari Nyi. Bei Mardusari pada beberapa gendhing jawa Gambirsawit, Montro, Widosari dan Sekargadung-Lebosari.

  • Gambirsawit Sl.9
  • Montro Pl.Br  [anggitan PB.IV]
  • Widosari Sl.My [anggitan Dmg. Goenosutikno]
  • Sekargadung – Lebdosari S.My
  • 2 Comments

    Filed under Budaya, gendhing jawa

    Gendhing Langgam Jawa Klasik

    lgm jawi.jpg
    Gendhing-gendhing langgam jawa klasik dengan alunan swarawati kondang seperti Nyi. Tukinem, Nyi. Ngatirah dengan suara yang indah dan lembut.

    5 Comments

    Filed under Budaya, gendhing jawa, tembang jawa

    Nyi. Rubinem pesinden era 60 an

    sinden rubinem (2).jpg
    Rubinem atau nama aslinya Maria Magdalena Rubinem, kelahiran Yogyakarta 1927 adalah merupakan pesinden/waranggana kondang di era 60-an. Belajar nyinden dari para seniman di Keraton Yogyakarta, meski tak sekolah Rubinem bisa membaca dan menulis. Ia juga ditetapkan sebagai pesinden tetap untuk mengisi acar kesenian di RRI Stasiun Nusantara II Yogyakarta.
    Di jaman keemasannya tahun 1948-1980, ia pernah manggung berkali-kali di Istana Kepresidenan. Disamping sebagai waranggana, Rubinem menggeluti sebagai penjual nasi gudeg di kompleks Terminal Jombor Sleman Yogakarta.
    Rubinem yang berparas cantik nan aduhai ini mmempunyai “suara tak ada yang menandinginya” itulah kata Ibunda Jumiyem.
    Peraih penghargaan dari PEPADI “Anindya Karya Waranggana” dan hadiah jutaan rupiah.
    Inilah diantaranya gendingan yang di bawakan oleh Rubinem yang juga sebagai pengisi Acara Pangkur Jenggleng bersama Basiyo cs.

    Leave a Comment

    Filed under Audio, Budaya, gendhing jawa

    UyonUyon Siteran

    Cring-cring-cring… suara petikan siter yang enak untuk didengarkan, ibarat musik siter merupajan suatu treble nya yang harus mampu untuk mengimbangni vokal dan juga bass.
    Untuk mengisi suatu nada yang kosong pada saat penampilan. Semakin ahli petikan dari pemain, maka akan semakin indah juga suara yang akan dihasilkan
    Siter adalah alat musik petik di dalam gamelan jawa. Sumber bunyi yang berasal dari string pada instrumen ini menghasilkan nada-nada harmonis yang kian memperindah untaian musik gamelan.

    Inilah musik siter gamelan jawa yang digabungkan dengan kendang, gong dari bambu serta pesinden dan wiraswara.

    3 Comments

    Filed under gendhing jawa

    Panyandra Pengantin adat Jawa

    imagebam.com
    Panyandra atau Pranata Cara (M.C), Pembawa Acara,Pambiwara, Pranata Adicara, Pranata Titi Laksana, Panata Adicara, Paniti Laksana atau juga disebut Pranata Laksitaning Adicara adalah seorang yang menata acara sebagai pedoman bagi jalannya sebuah acara. Sebagai bentuk strategi mempertahankan bahasa ibu, karena di dalam tradisi pernikahan jawa ada yang disebut sebagai panyandra temanten. Didalam itu terdapat penggunaan bahasa Jawa krama inggil , yang belakangan ini mulai mengalami tanda-tanda pengikisan. Padahal posisi bahasan jawa krama inggil ini adalah sebagai bahasa ibu yang seharusnya tetap eksis.
    Pranata acara adat jawa tentu tentu memiliki karakteristik sendiri. Setiap pranata acara tentu harus dapat meramu kata-kata yang dilontarkannya sehingga memberi kesan indah. Pemilihan kata-kata dan kiasan yang dilakukan oleh seorang pranata acara mempu menumbuhkan kesan sakral, anggun, dan mampu menunjukkan citra budayanya.
    Pernikahan adat jawa memiliki nilai filosofis yang tinggi pada setiap tahapan yang dilalui dalam upacara adat. Didalam upacara adat pernikahan masyarakat jawa, terdapat tuturan-tuturan yang mengirigi prosesi ritual. Tuturan tersebut dimaksudkan agar para tamu mengetahui serta mendapatkan gambaran mengenai suasana, situasi maupun makna dari tiap-tiap prosesi yang dilakukan.
    Selain menggunakan bahsa jawa ragam krama alus, seorang pranata acara juga kerap menggunakan bahasa kawi. Bahasa ini dinilai memiliki nilai estetika yang tinggi seperti :
    “Sri Pengantin putri hangagem busana ingkang sarwa retna, hangagem busananing Rajapitri, katon pating gelebyar pating pancurat lamun kasorot sunaring padam kuurung ingkang hangrenggani sasana adi, pan yayah kartika kasilih prenali”

    Berikut ini pranata acara atau panyondro pengatin adat jawa dengan iringan gamelan jawa :

    1. Kebogiro   [Temu/Panggih]
    2. Monggang   [Kacar Kucur]
    3. Sriwidodo   [Sungkeman]
    4. Ibu Pertiwi   [Kirab I]
    5. Subokastowo   [Kirab II]
    6. Udan Basuki   [Wejangan/Ular-2]

    # Rahayu Sagung Dumadi #

    Leave a Comment

    Filed under Budaya, gendhing jawa

    STSI – Kidung Natal [Dalu Suci]

    image host

    Gendingan Kidung Natal karya dan kreasi anak bangsa oleh mahasiwa dan mahasiswi seni Karawitan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI)  dengan garap ketawangan : Allah Rama Linuhurna, Ayem Wonten Ing Sang Kristus, Dalu Suci, Pucung Gesang Anyar, Sih Rahmating Gusti, Yesus Sang Pamase.

    Leave a Comment

    Filed under gendhing jawa, tembang jawa

    Gending cipta karya Ki. Tjokrowasito

    Ki. Tjokrowasito empu karawitan telah banyak menelorkan karya-karyagending seperti Kae Lho, Gembiroloka, JaJaJa. Sebelum wafat tepatnya tanggal  30 Agustus 2007 atau berusia 104 tahun, Ki. Tjokrowasito meninggalkan pesan yang tertulis di Monumen Tapak Prasasti Ki. Tjokrowasito “Lestarikan seni klasik Jawa sebelum kita tercerabut dari akar budaya”
    Berikut gending-gending dolanan karya Ki. Tjokrowasito.

    1. Kae Lho
    2. Ja Ja Ja
    3. Sepur Truthug
    4. Jaran Teji
    5. Padhang Bulan

    3 Comments

    Filed under Budaya, gendhing jawa, Musik

    Gamelan Kyai Kanyut Mesem – Karawitan Langenpraja Mangkunegaran

    Gamelan Kyai Kanyut Mesem yang tersimpan di Pura Mangkunegaran ini sudah berusia 200 tahun lebih. Konon Gamelan tersebut dibawa dari Demak ke Keraton Mangkunegaran menggunakan gerobak. Oleh Sunan Kalijaga gamelan itu digunakan untuk mensiarkan agama Islam di tanah Jawa.
    Untuk mendengarkan alunan suara gamelan yang bersejarah tersebut berikut gendhingan yang dimainkan oleh Karawitan Langenpraja dengan swarawati Ngabei Setyolaras, Shintolaras, Ronggolaras dan Trimurti dibawah asuhan R.M. Tarwo Sumosutargo.

    1. Gdh. Mesem – Ldr. Sri Sadono Sl.9
    2. Gdh. Srikastowo – Ldr. Basuki – Ktw. Sitomardowo Pl.Br
    3. Ayak-ayak Kaloran Sl.

    3 Comments

    Filed under gendhing jawa, Musik

    Gending Lancaran karya cipta Ki. Tjokrowasito

    Berikut ini gending lancaran ciptaan Ki. Tjokrowasito yang juga mempunyai nama KRT. Wasitodipuro, KRT. Wasitodiningrat, KPH. Notoprojo. Beliau adalah seorang empu karawitan, seniman Jawa yang sudah tidak diragukan lagi keahliannya dibidang seni. Sebagai pengajar di Institut Seni California, dan pengajar seni karawitan di berbagai belahan dunia. Ia mempunyai peran penting dalam menyebar luaskan apresiasi dan pengetahuan tentang gamelan jawa di berbagai negara. Tahun 1980 Ki. Tjokrowasito dikukuhkan sebagai Profesor dari California Institut of The Arts.

    Inilah beberapa diantaranya gending lancaran hasil karya cipta Ki. Tjokrowasito.

    “Keseluruhan karya gending tersebut mengandung pesan-pesan normatif yang menyangkut hubungan manusia dengan alam, manusia dengan politik, hingga keranah spiritual seperti gending Sambang Dalu.
    Ada sebuah pesan keheningan yang mengajak kita berfikir ulang tentang makna-makna kehidupan ditengah carut marutnya berbagai kondisi yang terjadi belakangan ini.
    Keadaan di Indonesia pada masa kini, adalah pertarungan gamelan di tengah politik global, ditengah komodifikasi seni instan yang tidak jelas orientasinya”.

    |Dengan Gamelan itulah terpendam nilai-nilai spiritual sebagai pegangan hidup paling hakiki|

    Leave a Comment

    Filed under Budaya, gendhing jawa, Musik